Karawang | SekitarKita.id,- Kemiskinan ekstrim di Kabupaten Karawang kian mengkhawatirkan, program pemerintah yang terus di gembar gemborkan itu hanyalah isapan jempol belaka.
Banyak dari warga yang menilai program seperti bantuan sosial (Bansos), Rutilahu dan lainya kurang tepat sasaran. Ada namun tak nampak keberadaannya, bahkan sangat kurang dirasakan manfaatnya bagi warga miskin di Kabupaten Karawang.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Mak Eroh salah satunya, ia harus menjalani masa tuanya dan menjalani kesulitan di masa hidup. Di usianya yang kini sudah menginjak 72 tahun, ia terpaksa tinggal di rumah yang sudah tidak layak huni (rutilahu) dengan kondisi memperihatinkan lantaran tak ada tempat tinggal lagi yang layak bagi Mak Eroh.
Diketahui, Mak Eroh tinggal di Kampung Buniaga, RT04/RW02, Kelurahan Tanjung Mekar, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, dia tinggal di rumah yang sudah reot dan hampir roboh.
Hal ini di amini, Ketua RW02, Nurjaya Miharja, ia menjelaskan, kondisi rumah Mak Eroh memang memperihatinkan, di samping jauh dari keluarga, Mak Eroh juga hidup sebatang kara hampir belasan tahun pasca ditinggal mendiang sang suami.
“Memang sudah lama di samping dia (Mak Eroh) tidak mempunyai keluarga dan hidup sendiri kebetulan penglihatan matanya sudah tidak berfungsi normal, untuk makan sehari-hari hanya mengandalkan tetangga. Bantuan dari pemerintah nol besar,” kata Nurjaya saat ditemui pewarta SekitarKita.id di lokasi, Kamis (02/05/2024).
Pihaknya selaku RW turut prihatin, sebagai jiwa corsa kemanusiaan, dirinya sudah berupaya membantu Mak Eroh dengan melakukan musyawarah ke pihak kelurahan maupun kecamatan, agar Mak Eroh mendapatkan bantuan, faktanya hingga saat ini belum membuahkan hasil.
“Langkah-langkah itu sudah kami tempuh, minta kebijakan terutama dari pihak kelurahan, kecamatan dan kabupaten untuk di bantu baik itu perekonomian maupun secara fisik bangunannya yang kurang memadai,” jelasnya.
“Di lihat kondisi bangunan kalau hujan besar dan angin kencang akibatnya akan fatal, kemungkinan itu 90 persen roboh, bicara status kepemilikan lahan memang itu milik Mak Eroh pribadi, selama belasan tahun dia tinggal disitu,” sambung Nurjaya.
Kendati memiliki keluarga, kata dia, baik anak maupun cucu dari Mak Eroh belum pernah mendatangi kediaman Mak Eroh, hingga saat ini pihak perangkat kelurahan kesulitan mencari keberadaan keluarga Mak Eroh lantaran terkendala jarak.
“Untuk saat ini keluarga nya enggak respon sih. Kalaupun ada dari pihak keluarga anak itu pantauannya jauh. Selama saya silaturahmi ke mak eroh itu enggak pernah liat keluarganya kurang bertanggung jawab, memang dia enggak punya suami sudah meninggal,” ujar dia kembali.
Ironisnya, pemerintah Kabupaten Karawang seolah tutup mata melihat fenomena kemiskinan ekstrim ini, potret kehidupan Mak Eroh menjadi cambuk bagi para pejabat ditengah berdirinya kota industri terbesar di Asia, masih saja ada warga yang belum tersentuh bantuan.
“Betul belum sama sekali mendapatkan pemerintah, baik dari bantuan pangan non tunai (BPNT) maupun bansos lainnya apa lagi dalam kepala keluarga (KK) nya tercatat hanya satu atas nama Mak Eroh, kami selaku perangkat desa sudah menyusulkan ke pihak kelurahan dan kecamatan, mungkin di respon oleh pihak kelurahan cuman belum di tanggapi,” keluhannya.
Meski begitu, tak ada raut kesedihan tampak pada wajah Mak Eroh, Dia seperti sudah sangat biasa menjalani hidup yang begitu sulit.
Sementara itu, Mak Eroh menceritakan kisahnya tinggal di rumah tersebut. Ia mengaku tinggal sebatang kara sejak suaminya meninggal dunia puluhan tahun silam.
Kini, rumahnya tidak sekokoh dulu, malahan terbilang tidak layak huni. Parahnya, dia tidak pernah merasakan bantuan pemerintah meskipun hanya sekali saja.
Meski begitu, dia tidak pernah berkeluh kesah, kecewa ataupun sakit hati. Ia pasrahkan diri kepada sang Kholik.
“Saya tidak pernah kecewa atau kesal walau tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Dengan keadaan seperti ini pun sudah cukup buat emak mah,” ujar Mak Eroh saat ditemui di lokasi.
Dahulu, Mak Eroh selalu mengisi harinya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Jika kondisinya sehat, ia tidak lupa untuk menghadiri majelis taklim di beberapa masjid sekitar.
“Saat ini mata saya merasa tidak jelas, dulu saya sering aktif keagamaan berangkat kesana-kesini disaat kondisi mata masih melihat, sekarang udah enggak bisa apa-apa,” ujarnya dengan nada lirih.
Sembari duduk di teras depan rumahnya. Mak Eroh menceritakan kisah pilu nya tak sampai disitu, untuk bertahan hidup sehari-hari, Mak Eroh hanya mengandalkan bantuan dan kepedulian tetangga sekitar.
“Dulu masih sehat pengliatan masih normal, melakoni pekerjaan sebagai buruh rumah tangga dengan bayaran minim Rp50 ribu, dari menjadi asinsten rumah tangga hingga buruh harian lepas sekarang sudah enggak bisa apa-apa,” ujar dia.
Meski harus tinggal di rumah yang hampir roboh, lanjut dia, dirinya tidak pernah merasa takut. Anak dan keluarga kini tinggal jauh entah dimana.
“Saya mah menyerahkan semuanya sama Allah. Setiap hari bisanya cuma berdoa agar Allah menjaga saya, keluarga jauh tinggalnya engak tau dimana,” akuinya.
Kendati tak pernah mendapatkan bantuan sosial (bansos), pihaknya berharap pemerintah Kabupaten Karawang lebih memperihatinkan kondisi yang dirasakan Mak Eroh saat ini. Program rutilahu hingga kini belum juga dirasakan olehnya.
“Kami berharap ingin di perhatikan dengan Pemerintah Karawang bisa membantu kami dengan kondisi rumah saya dan kondisi mata, kami warga miskin ingin bisa merasakan manfaat bantuan program dari pemerintah Karawang Khususnya,” tandasnya.
Penulis : Abdul Kholilulloh
Editor : Abdul Kholilulloh
Sumber Berita : Laporan: Andyka Nugroho (Kontributor Karawang)